Minggu, 06 Januari 2013

Laporan Praktikum Planktonologi


LAPORAN PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI

FITOPLANKTON

Hasil gambar untuk logo unpatti

NAMA : ELA LOUPATTY
NIM : 2010-65-005
PROGRAM STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN (BDP)
KELOMPOK I

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Secara geomorfologi, Teluk Ambon terdiri atas dua bagian teluk yaitu teluk Ambon bagian luar dan teluk Ambon Bagian dalam  yang dipisahkan oleh satu ambang Galala - Rumah Tiga yang sempit. Keberadaan ambang ini menyebabkan mekanisme pertukaran masa air antara teluk Ambon bagian dalam dan teluk Ambon bagian luar agar terhalang (wenno, 1986). Salain digunakan sebagai lalulintas bagi masyarakat, teluk ambon juga merupakan areal penangkapan ikan yang pontensial, khususnya teluk Ambon bagian dalam yang disebut sebagai ladang ikan umpan.
Komunitas plankton memegang peranan penting dalam ekosistem dilaut, karena plakton khususnya fitoplankton merupakan dasar dari rantai makanan dan disebut produser primer. Sebagai produser primer, plankton dapat membentuk materi organik dari materi anorganik melalui proses fotosintesis yang selanjutnya dapat dimanfaatkan secara langsung oleh organisme lainnya (sumich, 1999). Kelimpahan fitoplankton di laut juga memberi dampak pada kelimpahan fitoplankton di laut. Fitoplankton sendiri merupakan organisme plankton yang dapat menghasilkan materi – materi organic dengan sendirinya.


1.2       Tujuan Praktikum

Tujuan dari pelaksanaan prakitkum ini adalah :
·                Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spesies dan kepadatan organisme fitoplankton secara horizontal diteluk Ambon bagian dalam.
·                Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara menggunakan plankton net (norpac).
·                Agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi fitoplankton di laboratorium.

1.3       Waktu/Lokasi

·                Praktikum Planktonologi dilakukan pada :
Waktu
Hari/Tanggal      :  Rabu, 11 Januari 2012
Pukul                 :  08.30 – 14.00 WIT
Lokasi
Teluk Ambon
·                Praktikum Laboratorium dilakukan pada (untuk Pegendapan) :
Waktu
Hari/Tanggal      :  Jumat, 13 Januari 2012
Pukul                 :  12.00 – 12.10 WIT
Lokasi
Laboratorium Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
·                Praktikum Laboratorium dilakukan pada (untuk Identifikasi) :
Waktu
Hari/Tanggal      :  Rabu, 18 Januari 2012
Pukul                 :  13.30 – 15.00 WIT
Lokasi
Laboratorium Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan











BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1       Metode Sampling dan Pengawetan

v   Alat dan Bahan:
ü Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
·                Plankton net (Kitahara), dengan panjang 1 m, diameter 0,21 m, mata jaring 0,35  mm
·                Ember Plastic volume 5 liter
·                Gayung
·                Plastik Sampel
·                Karet Gelang
·                Tali
·                Stopwatch
·                Penyemprot
·                Pemberat
·                Mikroskop ( 10 x 0,25)
·                Jarum Suntik
·                Gelas Ukur
·                Botol Sampel
·                Sedgewick Raffer
ü Sedangkan bahan yang digunakan adalah :
·                Formalin 40 %
·                Sampel Fitoplankton

v   Metode Sampling dan Pengawetan:
Pengambilan sampel dilakukan di teluk Ambon bagian dalam.


2.2       Metode Analisa Data

Metode praktikum yang digunakan adalah dengan melakukan penelitian secara langsung di perairan teluk Ambon bagain dalam pada tanggal 11 Januari 2012 pukul 09.00 WIT. Praktikum dilakukan dengan menggunakan spit boot sebagai sarana transportasi. Pengambilan sampel dilakukan secara horizontal yang mana diambil dari arah Poka menuju Galala. Keadaan cuaca di teluk Ambon bagian dalam sangat cerah. Pelepasan Plankton net tepat pada pukul 09.36 WIT. Ketika  spit telah berjalan Plankton net dilepaskan secara perlahan - lahan dari atas. Pelepasan plankton net dilakukan selama kurang lebih 3 menit. Setelah itu, plankton net diangkat dan dilakukan pembersihan di sekitar jaring agar sampah-sampah yang tertempel dapat dibersihkan. Penyemprot digunakan untuk membersihkan tabung penyaring fitoplankton agar plankton-palnkton yang masih tertempel bisa terlepas. Sampel yang sudah terambil dimasukkan kedalam plastic sampel untuk diidentifikasi di laboratorium.
                                                                                                       







Gambar 1. Peta Lokasi penelitian diteluk Ambon bagian dalam
Pelaksanaan pengidentifikasian dilakukan di laboratorium. Agar sampel tetap awet, maka sampel-sampel tersebut dicampur dengan menggunakan bahan pengawet. Pemilihan dan penentuan konsentrasi akhir bahan pengawet dalam sampel sangat penting diperhatikan agar sampel-sampel yang kemudian akan diamati di bawah mikroskop tidak mengalami kerusakan. Disamping itu, jenis dan konsentrasi bahan pengawet harus disesuaikan dengan jenis sampel plankton yang dikoleksi. Bahan pengawet yang umum digunakan di laboratorium untuk preservasi sampel mikropalnkton dan juga fitoplankton adalah formalin. Pemberian bahan pengawet  sebaiknya dilakukan dengan segera setelah sampel ditampung dalam botol-botol sampel agar plankton tidak mengalami kerusakan akibat proses pembusukan. Bahan pengawet yang baik adalah yang dapat mengawetkan sel-sel plankton secara optimal tanpa merusak struktur sel, dan benda yang diawetkan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Di laboratorium, sampel-sampel fitoplankton diberi bahan pengawet formalin dengan konsetrasi akhir dalam sampel sekitar 4 %. Untuk dapat mencapai konsentrasi akhir yang dinginkan, larutan formalin 40 % yang telah dinetralkan dibuat menjadi 4 % dengan jalan menambahakn 90 ml air laut (berisi sampel) ke dalam 10 ml formalin atau dengan perbandingan 9 air : 1 formalin. Atau juga dapat menggunakan rumus :
                                                     
                       N1 . V1 = N2 . V2

Dimana :              N1 = konsentrasi awal bahan pengawet
                            V1 = volume bahan pengawet yang harus ditambahkan ke dalam sampel
                            N2 = konsentrasi akhir bahan pengawet yang diinginkan
                            V2 = volume sampel
Perhitungan ,
Jika diketahui  :   N1 = 40 % = 0,4 m
                            V1 = 10 ml
                            N2 = 4 % = 0,04 m
                            V2 = 100 ml
Penyelesaian :
                            N1 . V1    =  N2 . V2
                            0,4 . 10 =  0,04 . 100
                                  4     =      4
Berdasarkan perhitungan di atas maka konsentrasi awal dan akhir bahan pengawet seimbang. Setelah diawetkan dilakukan pengamatan jenis dengan menggunakan mikroskop dengan ukuran lensa 10 x 0,25. Fraksi sampel yang diambil sebanyak 1 ml. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali untuk melihat jumlah organisme yang terdapat dalam setiap fraksi. Utnuk mengidentifikasi jenis atau speciesnya digunakan buku kunci identifikasi yang berjudul “Illustrasions Of The Marine Plankton Of Japan” oleh Yamaji dan buku kunci identifikasi fitoplankton.

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

3.1       Hasil Praktikum

A.           Perhitungan dan Hasil indentifikasi sampel fitoplankton secara vertical pada kedalaman 5 – 0 yang telah diamati.

Jenis
Sampel
Minidiscus
Hemialus
Ceratium
Bacteriastrum
Chaetoceros
Pseudo-nitzsehia
Skeletoenema
X
III
XXX II
III
I
IV
-
Jumlah organisme
48


B.            Perhitungan dan hasil identifikasi sampel fitoplankton secara vertical pada kedalaman 10 – 0 yang telah diamati.

Jenis
Sampel
Ceratium
Bacteriastrum
Pseudo-nitzsehia
Leptocylindrus
Minidiscus
XXX
VI
VI
I
XVII
Jumlah organisme
60

C.            Perhitungan dan hasil identifikasi sample fitoplankton secara Horisontal pada kedalaman 100 meter yang telah di amati.

Jenis
Sampel
Pactyliosolen
Chaetoceros
Azpeitia
Minutocellus
Leptocylindrus
Minidiscus
Asteromphallus
Hemialus
IV
III
III
III
I
I
V
II
Jumlah organisme
22

Perhitungan (sampel yang diidentifikasi), sebelum menghitung kepadatan Fitoplankton, maka terlebih dahulu menghitung jarak yang ditempuh oleh Plankton net dan volume air tersaring. Berikut adalah perhitungannya :
·                Jarak yang ditempuh oleh Plankton Net (Kitahara) dapat dihitung dengan persamaan :
                                                                                                       
Dimana :        
                            V = kecepatan yang ditempuh alat transportasi.
                            T = Waktu yang diperlukan pada saat melepaskan Plankton net.
                            S = Jarak yang ditempuh oleh Plankton Net.

Maka,  diketahui :
                            V = 3 knot = 1,54333 m/s
                            T = 3 menit = 180 s
                            S= . . . .?
Penyelesaian :
 
                                    1,54333  =   
          S     =    1,54333 . 180
          S     =    277,7994 m/s2

Jadi,  jarak yang ditempuh Plankton Net selama kurun waktu 3 menit adalah 277,7994 m/s2
·                Sementara untuk menghitung volume air tersaring dapat menggunakan formula menurut Newell dan Newell (1977) :
                                                                    . L
    
Dimana :
                            V :  Volume air tersaring (liter)
                             :  Konstanta bernilai 3,14
  Jari-jari mulut jarring
                            L   :   Jarak yang ditempuh oleh Plankton Net

Maka, diketahui :
                             =  3,14                             V    :  …….. ?
                            =   277, 7994 m/s2
      =  0,21              : 2 . d   rumus yang benar : (1/2.d)!
                                :  2 . 0,21 m
                                        :  0,42 m
                                      : 0,1764 m2

Penyelesaian :
                          . L
                          . 277, 7
                          153,871 liter
Jadi, volume air tersaring dalam Plankton Net adalah  153,871 liter.

·                Sehingga Kepadatan Fitoplankton dapat dihitung dengan menggunakan formula :
                                                                             D  =      q
                                                                                (f x v)                  

Dimana :
                            D : Kepadatan Fitoplankton
                            q :  Jumlah Fitoplankton
                            f  :  Fraksi yang diambil ( 1 ml = 10-3 liter)
                            v :  Volume air tersaring

a)             Perhitungan kepadatan pada pengambilan sample vertical pada kedalaman 5 meter :

Diketahui :
q1    =   48  organisme                  D1    =   …… ?
f      =   10-3 liter
v      =   153,871 liter

Penyelesaian  :
D1  =           q
                                              (f x v)
D1   =            48
             (10-3 . 153,871)
D1   =    3,119 . 102  ind./l
Jadi, kepadatan Fitoplankton pada pengambilan sampel pertama adalah 3,119 . 102  ind./l

b)             Perhitungan kepadatan pada pengambilan sampel vertikal pada kedalaman 10 meter :

Diketahui :
q2    :    60 organisme                   D2    =   …… ?
f      :    10-3 liter
v      :    153,871 liter

Penyelesaian  :
D2   =          q
                                                (f x v)
D2    =              60
             (10-3. 153,871)
D2   =    3,899 . 102  ind./l
Jadi, kepadatan Fitoplankton pada pengambilan sampel kedua adalah 3,899 . 102  ind./l

c)             Perhitungan kepadatan pada pengambilan sampel horizontal pada kedalaman 100 meter :

Diketahui :
q3    :    22  organisme                 D3    =   …… ?
f      :    10-3 liter
v      :    153,871 liter

Penyelesaian  :
D2  =          q
                                              (f x v)
D2   =              22
             (10-3 . 153,871)
D2   =    1,429 . 102  ind./l
Jadi, kepadatan Fitoplankton pada pengambilan sampel ketiga adalah 1,429 . 102  ind./l






D.           Gambar bentuk masing-masing sampel yang diidentifikasi

1.            Gambar sampel vertikal pada kedalaman 5 meter :




























2.            Gambar sampel vertikal pada kedalaman 10 meter :






























3.            Gambar sampel horizontal pada kedalaman 100 meter :






























3.2       Pembahasan

Pengambilan sampel dilakukan di teluk Ambon bagian dalam.  Berdasarkan pengamatan sampel melalui Microskop, ditemukan genus-genus antara lain: Ceratium, Minidiscus, Bacteriastrum, Pseudo-nitzsehia, dan Hemiaulus. Dari total genus yang terlihat, maka genus Ceratium dan Minidiscus dan  yang paling banyak ditemukan.
Sampel-sampel tersebut diambil dengan mengikuti pergerakan Spit boot dari arah Poka ke Galala. Jumlah genus yang ditemukan relatif sedikit, kemudian kepadatan fitoplankton juga relatif sedikit dimana kepadatan fitoplankton berkisar antara 1,42 . 102 ind./l sampai 3,89 . 102 ind./l. Kemungkinan hal ini terjadi dikarenakan kualitas air yang tidak begitu baik sehingga mempengaruhi populasi fitoplankton yang berujung pada penurunan populasi fitoplankton di teluk Ambon bagian dalam. Penurunan kualitas perairan di teluk Ambon bagian disebabkan oleh penumpukan sampah-sampah yang terbawa dari darat yang diakibatkan oleh aliran air hujan yang mengguyur kota Ambon. Selain itu juga disebabkan karena adanya migrasi vertical harian yang dilakukan oleh organisme – organisme fitoplankton pada pagi hari sehingga fitoplankton yang berada pada dasar perairan tidak terambil karena pengambilan sampel dilakukan hanya secara horizontal yaitu di permukaan perairan.
Berikut adalah deskripsi dari masing-masing genus yang ditemukan :

v   Ceratium
Ceratium termasuk dalam Dinoflagellata. Dinoflagellata termasuk golongan fitoplankton yang menjadi anggota dari kelas Dinophyceae terkhususnya pada divisi Phyrophyta. Setelah diatom, dinoflagellata merupakan kelompok fitoplankton  kedua yang melimpah di perairan. Yang membuat dinoflagellata unik adalah organismenya mampu menjadi organisme autotrof, bahkan dapat bersifat autotrof atau heterotrof (mixotrofik) dan juga mampu menjadi organisme parasit.
·                Ciri-Ciri Umum
-                 Dinoflagellata merupakan organisme bersel tunggal, memiliki nucleus yang besar, memiliki stigma dan trichocysts.
-                 Memiliki kloroplas yang kecil  yang berbentuk discoid dan bentuk lainnya yang berisi pigmen untuk berfotosintesis sama dengan yang ada pada diatom.
-                 Pigmen yang dimiliki adalah klorofil a, c, karote, xanthophylls, peridinin, neoperidinin, dinoxanthin, neodinoxanthin, dan diatoxanthin.
-                 Ukuran selnya yakni antara 25µm - 1000µm. Terdapat juga spesies yang tumbuh dengan rantai yang panjang atau pseudocoloni.
-                 Jumlah spesiesnya antara 1000-1500 spesies dan sebagian besar adalah spesies laut.
-                 Habitatnya kebanyakan pada lingkungan laut dan estuary. Biasanya mendominasi   perairan tropis  dan sub tropis.
-                 Kelimpahan dinoflagellata dapat mengakibatkan terjadinya red tide.
Gambar Ceratium:

v   Bacteriastrum
Bacteriastrum adalah jenis plankton yang menguntungkan. Bacteriastrum termasuk dalam Diatom (Chrysophyta).
Diatom mempunyai kelimpahan yang tinggi dan dapat ditemukan di berbagai habitat misalnya tanah basah, dinding batu, karang terjal, gambut dan kulit kayu. Juga dapat dilihat sebagai buih kuning di atas lumpur pada selokan atau kolam.
ü   Berdasarkan cara hidupnya diatom dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu :
a.              Diatom Bentos
Diatom bentos pada umumnya hidup bercampur dengan lumpur atau menempel pada substrat di dasar perairan, misalnya Cymbella, Gomphonema, Cocconeis, dan Eunotia.
b.             Diatom Plankton
Diatom plankton biasanya hidup melayang-layang bebas di perairan, baik air tawar maupun air laut. Di air tawar diatom dapat ditemukan di sungai, danau, kolam, rawa-rawa, dan ada juga yang bisa ditemukan di perairan yang suhunya mencapai 45 0C. Beberapa diatom hidup sebagai epifit pada alga lain atau tanaman air.
Diatom dalam pertumbuhannya mengalami fase vegetative, sexual dan fase istirahat. Secara normal, diatom bereproduksi melalui pembelahan vegetatif dan pada sebagian besar spesies, fase vegetatif yang paling sering ditemukan. Selama pembelahan sel, sel diatom akan membentuk dua nucleus. Kedua katub dari frustula akan berpisah dan masing-masing sel anak menerima satu katub dari sel induk. Katub yang diterima tersebut akan menjadi epitheca dari masing-masing sel anak dan satu hypotheca baru akan dikembangkan. Sel baru yang terbentuk dalam epitheca induk akan memiliki ukuran yang sama dengan sel induk, tetapi sel yang terbentuk di dalam hypotheca asal akan berukuran lebih kecil. Dengan demikian sebagian besar diatom mengalami penurunan ukuran sel dan untuk mencapai ukuran sel maksimum, pertumbuhan vegetatif diatom harus diselingi dengan siklus seksual yang dapat menghasilkan sel berukuran maksimum. Beberapa diatom kususnya spesies neritik yang hidup pad perairan dangkal menghasilkan spora istirahat (“resting spore”) pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

v   Pseudo-Nitzschia
Pseudo-Nitzschia termasuk dalam Diatom. Bacillariophyceae atau diatom terdapat lebih dari 250 marga dan sekitar 100.000 spesies. Diatom merupakan mikroflora utama di lingkungan yamg cukup sinar matahari untuk mempertahankan aktivitas. Diatom selain bersifat kosmopolit juga memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Sebagi misal pada perairan yang subur dan tidak tercemar kepadatan populasinya dapat mencapai 2.000-10.000 sel per liter air.
·                Bentuk Sel
Sel diatom terlihat seperti kapsul dengan lapisan luar berwarna kuning kecokelatan. Selnya terdiri dari 2 katub (valva) yang menyatu dan membentuk cawan petri.  Epitheca merupakan katub bagian atas dan berukuran besar. Sedangkan hypotheca merupakan katub dengan ukuran lebih kecil dan terletak di bagian bawah.
Pada bagian dalam frustula terdapat sitoplasma yang melapisi vakuola berisi cairan sel. Selain itu, Protoplasma  diatom memiliki inti, sebuah vakuola pusat dan satu sampai beberapa kecoklatan plastida yang mengandung klorofil a dan c serta 13 karoten dan xanthopil. Hal ini yang mengakibatkan diatom menjadi organisme autotrof yang mampu mengalami proses fotosintesis dengan bantuan klorofil.
Diatom plankton biasanya hidup melayang-layang bebas di perairan, baik air tawar maupun air laut. Di air tawar diatom dapat ditemukan di sungai, danau, kolam, rawa-rawa, dan ada juga yang bisa ditemukan di perairan yang suhunya mencapai 45 0C. Beberapa diatom hidup sebagai epifit pada alga lain atau tanaman air.
Alga adalah organisme eukariotik bersel tunggal dan mikroskopik yang sebagian hidup di laut. Hampir sebagian besar spesies alga atau fitoplankton tidak berbahaya dan berfungsi sebagai penghasil energi pada rantai makanan di laut.
Pada waktu tertentu, alga tumbuh sangat cepat atau blooming dan berakumulasi dengan densitas sangat padat sehingga menimbulkan penampakan berupa perubahan warna pada permukaan air laut yang sangat jelas.
Red tide adalah nama umum untuk menggambarkan fenomena tersebut di mana spesies fitoplankton tertentu yang terdiri atas pigmen kemerah-merahan atau reddish pigments dan bloom tersebut mengakibatkan perairan menjadi berwarna merah.
Sejumlah kecil spesies alga menghasilkan toksin yang dapat ditransferkan melalui jaringan makanan di mana mereka dapat mempengaruhi dan bahkan membunuh organisme yang lebih tinggi tingkatannya, seperti zooplankton, kerang-kerangan, ikan, burung, mamalia laut, dan bahkan manusia yang mengonsumsinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Sekarang para peneliti lebih memakai istilah harmful algae blooms (HABs) untuk menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan toksin maupun dampak negatif dari alga.
Dikenal berbagai jenis sindrom pada manusia yang dikaitkan dengan keberadaan toksin yang berasosiasi dengan alga berbahaya ini, salah satunya adalah amnesic shellfish poisoning (ASP) merupakan sindrom yang disebabkan oleh alga jenis Pseudo-nitzschia sp. yang menghasilkan toksin domoic acid yang menyebabkan gangguan gastrointestinal dan neurological.
Klasifikasi :
Domain              : Eukaryota
Kingdom            : Plantae
Phylum               : Bacillariophyta
Subphylum         : Diatomeae
Class                   : Bacillariales
Ordo                   : Bacillariophyceae
Family                : Bacillariaceae
Genus                 : Pseudo-Nitzschia
Spesies               : Pseudo-Nitzschia sp.
Domoic acid mengikat reseptor glutamat di otak mengakibatkan rangsangan yang terus-menerus pada sel-sel saraf dan akhirnya terbentuk luka. Korban mengalami sakit kepala, hilang keseimbangan, menurunnya sistem saraf pusat termasuk hilangnya ingatan dan terlihat bingung dan gejala sakit perut seperti umumnya keracunan makanan. Telah dilaporkan toksin tersebut juga dapat mengakibatkan kematian.
Gastroenteritis biasanya terjadi dalam waktu 24 jam setelah konsumsi kerang-kerangan yang beracun dengan gejala berupa muntah, kram perut, dan diare. Pada kasus yang akut, gejala neurological terjadi dalam waktu 48 jam setelah konsumsi seafood. Gejala yang ditimbulkan antara lain sakit kepala, disorientasi, kejang, kehilangan memori jangka pendek, dan koma.

v   Chaetoceros
Chaetoceros adalah jenis plankton yang menguntungkan. Chaetoceros termasuk dalam Diatom (Chrysophyta).
Bacillariophyceae atau diatom terdapat lebih dari 250 marga dan sekitar 100.000 spesies. Diatom merupakan mikroflora utama di lingkungan yamg cukup sinar matahari untuk mempertahankan aktivitas. Diatom selain bersifat kosmopolit juga memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Sebagi misal pada perairan yang subur dan tidak tercemar kepadatan populasinya dapat mencapai 2.000-10.000 sel per liter air.
Sel diatom terlihat seperti kapsul dengan lapisan luar berwarna kuning kecokelatan. Selnya terdiri dari 2 katub (valva) yang menyatu dan membentuk cawan petri.  Epitheca merupakan katub bagian atas dan berukuran besar. Sedangkan hypotheca merupakan katub dengan ukuran lebih kecil dan terletak di bagian bawah.
Pada bagian dalam frustula terdapat sitoplasma yang melapisi vakuola berisi cairan sel. Selain itu, Protoplasma  diatom memiliki inti, sebuah vakuola pusat dan satu sampai beberapa kecoklatan plastida yang mengandung klorofil a dan c serta 13 karoten dan xanthopil. Hal ini yang mengakibatkan diatom menjadi organisme autotrof yang mampu mengalami proses fotosintesis dengan bantuan klorofil.
Bentuk sel diatom sangat bermacam-macam dengan bentuk dasar bilateral simetris (Pennales) dan radial (Centrales).
Beberapa tampak seperti perahu, sedang yang lain seperti balok, cakram atau segitiga.
Diatom mempunyai kelimpahan yang tinggi dan dapat ditemukan di berbagai habitat misalnya tanah basah, dinding batu, karang terjal, gambut dan kulit kayu. Juga dapat dilihat sebagai buih kuning di atas lumpur pada selokan atau kolam.























BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1       Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan praktikum dan pembuatan laporan ini maka dapat disimpukan bahwa :
·                Berdasarkan pengamatan sampel melalui Microskop, ditemukan genus-genus antara lain: Caratium, Minidiscus, Bacteriastrum,Pseudo-nitzsehia,dan Hemiaulus.
·                Dari total genus yang terlihat, maka genus Caratium dan Minidiscus yang paling banyak ditemukan.
·                Berdasarkan perhitungan maka, kepadatan zooplankton berkisar antara 1,42 . 102 ind./l sampai 3,89 . 102 ind./l.
·                Jumlah genus fitoplankton yang ditemukan juga relative sedikit. Hal ini disebabkan karena kualitas perairan Teluk Ambon bagian dalam tidak begitu baik. Selain itu juga karena adanya migrasi vertikal harian ke dasar perairan yang dilakukan oleh fitoplankton ketika matahari terbit. Sementara pengambilan sampel hanya secara horizontal di atas permukaan laut.


4.2       Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis (Kelompok I) adalah :
·                Sebelum melakukan pengambilan sampel di laut, diperhatikan terlebih dahulu kesiapan dari peralatan-peralatan yang hendak digunakan khususnya Plankton net.
·                Bagi para praktikan, agar hendak menutup hidung ketika hendak memasukkan bahan pengawet (formalin) ke dalam air laut yang berisi sampel. Hal ini karena bau/uap yang menyengat dapat membahayakan kesehatan daripada praktikan itu sendiri.
·                Ketika mengidentifikasi, hendaknya menggunakan buku kunci identifikasi sehingga mempermudah dalam mengidentifikasi genus maupun species.
DAFTAR PUSTAKA





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar