Minggu, 06 Januari 2013

OUTLINE PKL


OUT LINE
PRAKTEK KETRAMPILAN LAPANGAN

Nama          :  Ela Loupatty
NIM            :  2010-65-005
Jurusan      :  Manajemen Sumberdaya Perairan
Prog. Studi :  Budidaya Perairan
Judul           :   Teknik Pembesaran Kepiting Bakau Pada Wadah Pemeliharaan di Balai Budidaya Laut Waiheru

A.      LATAR BELAKANG
Kepiting bakau Scylla serrata merupakan salah satu komoditas perikanan yang hidup di perairan pantai, khususnya di hutan-hutan bakau (mangrove). Dengan sumber daya hutan bakau yang membentang luas di seluruh kawasan pantai nusantara, maka tidak heran jika indonesia dikenal sebagai pengeskpor kepiting yang cukup besar dibandingkan dengan negara-negara produsen kepiting lainnya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau besar dan kecil serta panjang garis pantainya adalah 95.181 km yang berpotensi sangat besar bagi pembangunan perikanan budidaya (Effendi dan Oktariza, 2006 dalam Sipahelut, A. E, 2010).  Salah satu ekosistem pesisir yang mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis adalah ekosistem mangrove. Kawasan hutan mangrove merupakan habitat bagi sebagian besar organisme termasuk kepiting bakau Scylla serrata. Kepiting bakau Scylla serrata atau yang sering disebut kepiting lumpur merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi.
Sebagai komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi, kepiting bakau terus menerus ditangkap di alam. Sekalipun potensi kepiting bakau di alam cukup besar, namun tekanan yang ditimbulkan dari kegiatan penangkapan juga sangat meningkat. Penangkapaan kepiting bakau secara terus menerus berakibat pada semakin menurunnya jumlah kepiting di alam. Hal tersebut dapat berakibat pada kepunahannya. Tingginya permintaan terhadap kepiting bakau untuk memenuhi kebutuhan pangan juga sangat mempengaruhi semakin meningkatnya kegiatan penangkapan (Kordi, 2007). Sehubungan kegiatan penangkapan yang dilakukan secara terus menerus tanpa adanya kendali akan dapat merusak kelestarian populasinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya yang diharapkan dapat mencegah kerusakan terhadap kelestarian populasi kepiting bakau.

B.       RUMUSAN MASALAH
Pembatasan masalah yang diambil dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah teknik pembesaran kepiting bakau pada wadah pemeliharaan di Balai Budidaya Laut Waiheru yang meliputi :
a.    Persiapan media pada teknik pembesaran kepiting bakau
b.    Teknik penebaran benih
c.    Manajemen kualitas air
d.   Pengelolaan pemberian pakan
e.    Pengamatan dan evaluasi Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup

C.      TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pembesaran kepiting bakau pada wadah pemeliharaan di Balai Budidaya Laut Waiheru.

D.      MANFAAT
Manfaat pelaksanaan Praktek Kerja lapangan ini adalah:
a.    Dapat mengetahui serta mempraktekan teknik persiapan wadah pada pembesaran kepiting bakau
b.    Dapat mengetahui teknik penebaran benih yang baik
c.    Dapat mengetahui teknik pengelolaan kualitas air yang ideal untuk pembesaran kepiting bakau
d.   Dapat mengetahui teknik dalam pemberian pakan yang baik untuk pembesaran kepiting bakau
e.    Dapat mengetahui dan mengevaluasi pertumbuhan serta kelangsungan hidup pada kepiting bakau
E.       METODE PENELITIAN
a.    Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 05 April sampai 01 Mei 2013 bertempat di Balai Budidaya Laut Waiheru.
b.    Objek Kerja Praktek Lapangan
Objek pengamatan Praktek Kerja Lapangan adalah Teknik Pembesaran Kepiting Bakau pada Balai Budidaya Laut Waiheru. Adapun kegiatan difokuskan pada: persiapan media, penebaran benih, pengelolaan kualitas air, pengelolaan dan pemberian pakan, serta evaluasi pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
c.    Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan berupa metode deskriptif. Metode deskriptif adalah pengambilan data dengan melakukan pengamatan terhadap suatu keadaan. Data yang di ambil ada 2 macam, yaitu :
1.    Data Primer
Data Primer adalah pengambilan data yang dilakukan melalui sumber-sumber asli, dapat melalui observasi langsung atau pengamatan dan dapat melalui wawancara untuk mendapatkan informasi dari narasumber.
Observasi langsung merupakan pengamatan berbagai kegiatan yang dilakukan pada saat dilapangan oleh mahasiswa yang meliputi berbagai jenis objek yang diamati pada lokasi praktek.
Wawancara merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dari narasumber yang dinilai dapat memberikan informasi dengan akurat, informasi tersebut untuk keperluan dalam penyusunan laporan.
2.    Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dengan cara mengutip atau menjadikan buku sebagai literatur untuk melengkapi data primer. Data-data yang biasa diambil dari buku yang menjadi literatur dalam data sekunder biasanya berupa tabel, gambar atau kutipan pernyataan seseorang atau penulis tersebut. Kemudian data tersebut dicantumkan pada bagian pembahasan untuk membandingkan antara praktek di lapangan dengan literatur tersebut.

F.       REFERENSI
Kordi, M. G. H. 2007. Budidaya Kepiting Bakau (Pembenihan, Pembesaran, dan Penggemukan). Aneka Ilmu, Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar